Selasa, 22 November 2016

Tugas NEED DAN DEMAND BAGI PELAYANAN KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada teori permintaan konvensional diajukan asumsi bahwa konsumen mempunyai cukup informasi untuk dapat melakukan pemilihan barang yang dikonsumsi secara optimal. Akan tetapi model yang sedemikian itu tidak selamanya berlaku secara sempurna dibeberapa pasar, termasuk diantaranya pasar pelayanan kesehatan sehingga sering orang mempersoalkan apakah benar pada pasar pelayanan kesehatan memang ada fungsi permintaan yang murni. Hal ini karena adanya lack of knowledge yang berjalan dengan kondisi uncertainty berlaku di pasar pelayanan kesehatan.
Di samping itu karena salah satu ciri ekonomi komoditi pelayanan kesehatan tergolong sebagai merit goods, menyebabkan penurunan pendekatan need terhadap pelayanan kesehatan harus diturunkan terlebih dahulu dari need terhadap kesehatan sendiri. Dengan demikian pembahasan tentang penurunan need menduduki peranan penting untuk memahami bagaimana beroperasinya penurunan fungsi permintaan pelayanan kesehatan versi teori
agency relationship.
Operasi pasar pelayanan kesehatan agak berbeda dengan pasar-pasar lain dan pasar pelayanan kesehatan akan cenderung gagal untuk beroperasi dengan baik karena terjadinya beberapa alasan. Kenyataan menunjukkan bahwa sumberdaya itu langka sedangkan keinginan manusia tidak terbatas yang akan membentuk landasan penting bagi konsep permintaan dan penawaran. Permintaan merupakan kemauan konsumen membayar berbagai barang dan jasa yang dikonsumsinya. Penawaran berkaitan dengan sisi produksi yaitu bagaimana biaya faktor-faktor produksi dan harga produk berpengaruh terhadap barang yang ditawarkan.
Sebagai konsumen kita memiliki berbagai keinginan terhadap barang dan jasa. Jika hal tersebut digabungkan dengan kondisi pendapatan yang terbatas, maka akan diperoleh pengertian tentang permintaan konsumen atau willingness to pay. Dalam fungsi permintaan diasumsikan bahwa orang akan memberikan nilai kepada barang dan jasa yang bermanfaat saja. Secara implisit dianggap bahwa orang tersebut ketika melakukan penilaian memiliki pengetahuan yang baik dan sekaligus berada pada tempat yang tepat sehingga mendasari pengertian consumer sovereignty yang menyatakan bahwa konsumen seharusnya soverign
di pasar.
Permintaan dilatarbelakangi oleh konsep utility yang menyatakan kepuasan. Ekonom mengasumsikan bahwa cara orang menghabiskan pendapatannya untuk membeli berbagai barang dan jasa merupakan usaha untuk memaksimalkan kepuasannya. Jika semua barang ditawarkan pada harga yang sama maka sangat rasional bila seseorang hanya akan mengkonsumsi barang yang yang memberikan utility terbesar. Tapi hal ini tidak berarti bahwa orang tadi terus menerus hanya akan mengkonsumsi satu jenis barang saja tentunya bisa mengkombinasikannya dan konsep diminishing marginal utility telah dipergunakan dalam perhitungan.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Need Terhadap Pelayanan Kesehatan
Pendekatan need didasari kepada pengertian tentang merit goods. Menurut Margolis (1982) merit goods adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat  dipahami akan  tetapi  sulit  untuk  diperhitungkan  dengan  menggunakan  teori permintaan biasa. Need terhadap pelayanan kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri berdasarkan pengalaman selama ini yang dilalui seseorang. Bagi para ekonom need adalah suatu pengertian yang evaluatif dan normatif.
Keraguan akan relevansi permintaan mengacu pada pemikiran bahwa value mungkin lebih sesuai dikenakan kepada semua orang daripada hanya kepada konsumen saja sehingga beberapa ekonom William dan Anderson (1975) lebih suka membahas masalah marginal value curve ketimbang kurva permintaan sendiri. Pada kurva permintaan diasumsikan bahwa konsumen melakukan penilaian, artinya kebebasan konsumen berjalan sepenuhnya. Sedangkan pada marginal value curve yang melakukan penilaian bisa siapa saja atau sedikitnya tidak dipermasalahkan. Bila yang melakukan penilaian si konsumen maka kedua kurva tersebut sama. Dalam prakteknya mengingat komoditi kesehatan tidak homogen, yang dapat dilihat dari indikasi bahwa pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter umum tidak sama dengan yang dilakukan oleh dokter spesialis, maka sejauh mana need atau demand yang tepat akan bervariasi sesuai dengan pelayanan kesehatan.
Dalam pembahasan total need tidak semua need akan dapat dipenuhi sehingga akan terdapat sebuah ranking need dalam pengertian ceteris paribus kita akan lebih memilih satu need untuk dipenuhi dibanding need yang lain, bila need yang dipilih akan bermanfaat lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih sehingga asumsi ceteris paribus tidak dapat terpenuhi khususnya bila dikaitkan dengan biaya. Dengan konsep opportunity cost jelas bahwa pemilihan need mana yang akan dipenuhi harus merupakan bagian dari fungsi biaya, berarti untuk memenuhi need tidak perlu mekanisme paling efektif yang harus dipilih. Need bukan sesuatu yang absolut maupun terbatas. Need adalah sesuatu yang dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dimana pertumbuhan need merupakan bagian dari perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan.
Beberapa ide pokok Culyer dkk (1981) tentang need di bidang kesehatan yakni sebagai berikut :
1  . Need tidak  selalu  harus dijelaskan dengan  tanpa  mempertimbangkan apakah hasil akhir yang ingin dicari serta jenis pelayanan kesehatan mana yang dijadikan instrumennya.
2  . Pengabaian  kemungkinan  pertukaran  dalam rangka  memenuhi  suatu need nampaknya akan  merupakan persoalan awal dari timbulnya masalah ketidakefisienan.
3  . Bagaimanapun  kita  mendefinisikan need maka  hampir selalu timbul usaha pihak ketiga yang terlibat kedalam proses penilaian, berbeda halnya dengan demand dimana konsumen lah yang sovereign.
4  . Need tidak absolut.
5  . Need harus diranking dan juga harus dihitung.
6  . Kontribusi   utama  dari  ilmu  ekonomi ke   dalam needology diderivasikan   dari   dasar pengertian  bahwa need mana  yang  akan  dipenuhi akan tergantung sekali dengan biaya manfaat untuk memenuhi need tersebut.
Konsep need dan demand akan sangat potensial dalam membantu analisa dan mengevaluasi kebijaksanaan pelayanan kesehatan dan yang lebih penting lagi tentang implikasi berbagai pola pelayanan kesehatan yang berbeda. Konsep demand tetap mengandung pengertian dasar bahwa individulah yang melakukan penilaian manfaatnya. Sedangkan konsep need merangkum beberapa penilaian efektifitas, potensi untuk mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi need dengan segala akibat yang ditimbulkannya dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumberdaya serta dapat juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumberdaya. Pada umumnya akan lebih baik untuk memasukkan sekaligus demand dan need saat melakukan pengujian beroperasinya pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat jika hanya demand atau need sendiri-sendiri saja kurang memberikan dasar yang cukup bagi pengambilan keputusan yang tepat. Alokasi sumberdaya sektor kesehatan tetap kurang efisien tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut penyatuan kesepakatan tentang benefit’s value yang sering masih berbeda antara satu orang dan informasi yang benar tentang segi biayanya.


2.2 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan
Ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk permintaan pelayanan kesehatan yakni the agency relationship (supplier induced demand model) dan investment model menurut Grossman (1972a, 1972b). Perbedaan utama kedua pendekatan tersebut terletak dari asumsinya tentang posisi pasien dalam model demand. Pada pendekatan pertama peranan pasien amat kecil dibandingkan peranan ahli kesehatan atau dokter dalam membentuk demand pelayanan kesehatan. Grossman (1972) menyatakan bahwa pasien cukup memiliki informasi dan kebebasan dalam menentukan demand nya sendiri.

2.2.1 Demand Menurut Model Agency Relationship

Hubungan antara need dengan demand merupakan sesuatu yang rumit dengan beberapa argumentasi sebagai berikut :
a  . Sebagai  individu  semua  orang  sering  mempunyai wants kesehatan yang lebih  baik dari yang dimiliki saat ini.
b  . Sebagian  individu  tidak  melakukan  apapun  dengan wants tadi dan sebagian lagi secara aktif berusaha memperoleh pelayanan kesehatan misalnya secara  rutin melakukan kontrol ke dokter pribadi dan sebagainya.
c  . Terkadang para dokter tidak sependapat tentang penilaian wants atau demand. Para dokter mengatakan bahwa beberapa wants atau demand kita  tidak  selalu  membutuhkan perawatan. Atau ada beberapa aspek kesehatan yang lebih baik yang seharusnya lebih diperhatikan  tapi luput dari perhatian kita. Sebenarnya  justru  yang  luput dari  perhatian tersebutlah  yang  memerlukan  perawatan.  Cooper  (1975)  mencoba   memformulasikan ketiga hal di atas secara diagramatis seperti pada gambar berikut ini :

Wants yang diwujudkan ke dalam demand dalam bentuk mencari bantuan dokter
WANT
Status kesehatan yang dinilai sebagai need atas pelayanan medis. Tidak semua demand akan menjadi needs, dan tidak semua need akan tercermin dalam demand
                                 DEMAND                                          NEED
Penilaian pribadi terhadap status kesehatan. Want atas status kesehatan yang lebih baik






Tentunya sumber dari demand adalah wants, meskipun tidak semua wants diwujudkan sebagai demand. Tentunya beberapa demand dan wants dinilai sebagai need tapi tidak semua need akan ditampung kedalam demand dan wants. Berarti ada sumber need yang sama sekali terpisah dari demand maupun wants tadi ; maksudnya ahli kesehatan mungkin saja menentukan need tertentu yang tidak termasuk dalam demand maupun wants dengan demikian need mungkin saja : a . Demanded dan wanted b . Undemanded dan wanted c . Undemanded dan unwanted.
Dari sudut pandang pasien demanded dan wanted need tampaknya memiliki nilai yang lebih tinggi daripada undemanded dan wanted need (dengan mengasumsikan bahwa ada wants yang berprioritas lebih tinggi akan tampak dinyatakan sebagai demand) ; tapi mungkin tidak demikian halnya menurut pandangan dokter. Menurut pandangan konsumen undemanded dan unwanted need nampaknya bernilai lebih rendah (bahkan bila memperhatikan kadar pengetahuannya saat ini mungkin keduanya sebenarnya tidak berarti sama sekali bagi konsumen) dibandingkan demanded, wanted need atau undemanded, wanted need.
Apakah demand dan need dapat digabungkan? Salah satu cara untuk melakukan penggabungan adalah dengan pendekatan agency relationship ; dimana dalam pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang segala sesuatu yang menyangkut pelayanan kesehatan. Kejadian ini tidak lain disebabkan oleh sifat komoditi pelayanan kesehatan yang akhirnya mengacu kepada situasi dimana dokterlah yang secara efektif sering bertindak untuk melakukan demanding.
Agar hubungan tersebut beroperasi secara efisien, menurut Artells (1981) diperlukan tiga kelompok informasi yaitu sebagai berikut :
1  . Pengetahuan dasar tentang masalah medis, yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya pasien tidak harus  memilikinya. Informasi ini menyangkut  pengetahuan  khusus untuk  melakukan  penilaian  status kesehatan dan mengidentifikasikan perawatan apa saja yang tersedia.
2  Keterangan tentang keadaan pasien meliputi pengetahuan tentang simptom  pasien, sejarah kesehatan   dan         keadaan  lingkungan   pasien  sehingga          memungkinkan dokter untuk menerapkan ilmu kedokterannya terhadap kasus yang sedang dialami pasiennya.
3. Informasi tentang peniaina pasien sendiri mengenai penyakit yang tengah dideritanya. Pada penilaian termasuk didalamnya preferensi pasien atas berbagai alternative perawatan yang tersedia, sikapnya dalam menghadapi resiko danpenilaiannya atas kemungkinan trade-off dari beraneka dimensi keadaan sehat.
 Intinya   kita  mencoba  memperbaiki  hitungan cost benefit yang  harus  dilakukan  pasien. Pemilihan konsumsi biasanya akan memaksa konsumen terlebih dahulu membuat pertimbangan terhadap cost benefit dari pilihannya untuk kemudian melakukan pilihan yang sesuai dengan perhitungan tadi. Masalahnya dalam pelayanan kesehatan sering konsumen sebenarnya tidak menanggung semua biaya, salah satu penyebabnya karena adanya third party financing dan mungkin juga karena pasien tidak memperoleh informasi yang lengkap tentang biaya apa saja yang seharusnya ditanggung. Juga pasien kurang informasi tentang manfaat apa saja yang akan diperolehnya dari sekian banyak alternatif pilihan pelayanan kesehatan yang bisa dipilih. Dalam kondisi ini menyebabkan pasien tidak ingin untuk mengambil resiko akibat buruk dari keputusan yang diambilnya. Agency relationship kemudian  bertindak  sebagai  proses  untuk  menggabungkan  aspek   beban   biaya,  dampak manfaat dan pengambilan keputusan dari perhitungan cost benefit.

2.2.1 Demand Pelayanan Kesehatan Menurut Model Grossman

Penelitian Grossman (1972a, 1972b)  menyatakan bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan merupakan derivasi dari demand terhadap kesehatan itu sendiri, menurut terminologinya Becker (1965) kesehatan merupakan komoditi terpenting. Berdasarkan pengertian tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku konsumen dalam human capital approach. Model Grossman mengasumsikan bahwa masing-masing individu melakukan penilaian manfaat atas pengeluaran untuk kesehatan yang diperbandingkan dengan pengeluaran untuk komoditi lainnya dalam rangka memutuskan status kesehatan yang optimal. Dalam hal ini konsumen siasumsikan mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya sendiri, tingkat depresiasi status kesehatannya dan fungsi produksi yang mengkaitkan perbaikan kesehatan dengan pengeluaran untuk pelayanan kesehatan.
Sejalan dengan kerangka pikir teori keputusan investasi yang umum, diasumsikan bahwa setiap individu akan memaksimumkan fungsi utilitinya yang dibentuk dari flow jasa pelayanan kesehatan dan dari konsumsi barang lainnya untuk setiap tahun kehidupannya.
Maksimisasi akan menyebabkan individu menyamakan the marginal return on the asset (kesehatan) dengan marginal costnya. Return kepada individu ke j disusun dari marginal physical return (aj) dan marginal monetary return (mj). Biaya kapital kesehatan adalah tingkat depresiasi (dj) (dikurangi dengan setiap tabungan yang timbul sebagai akibat pembelian kesehatan saat ini, dengan menyadari bahwa pembelian kesehatan dimasa mendatang akan menyebabkan terjadinya kenaikan dalam marginal cost untuk setiap usaha perbaikan kesehatan) sehingga formulasi matematis untuk individu tertentu pada waktu i
adalah : mj + aj = rj + dj ................... (1)
Sebenarnya Grossman melakukan pengujian konsumsi dan aspek-aspek investasi secara terpisah dengan fokus pada bagian investasi saja. Hasil pecuniary (mj) ditentukan oleh tiga komponen yaitu tingkat upah harian orang pada tahun ke i (wji) yang diukur dalam jumlah hari sehat yang dihasilkan oleh satu unit stok kesehatan (Gji) dan biaya marjinal dari gross investment dibidang kesehatan yang dibeli pada periode sebelumnya dan termasuk biaya waktu dan uang (Cji – 1) sehingga akan memberikan rate of return sebagai berikut :
WjiGji dan Cji – 1  = mji = rji + dji  .............. (2)
Untuk setiap individu dengan  status kesehatan tertentu akan selalu ada marginal product kesehatan  G  dengan  kurva marginal efficiency kapital kesehatan yang menunjukkan hasil untuk masing-masing tingkat kesehatan (Wji Gji) / Cji – 1.
Grossman mendukung asumsi tersebut dengan menunjukkan bahwa return terhadap kesehatan diukur dengan hari sehari (healty days) yakni 365 hari per tahunnya. Return tersebut akan bisa menjawab persoalan disability akan tetapi tidak akan bisa menjawab persoalan debility menurut Cullis JG and West PA (1979). Debility sebenarnya akan mempengaruhi tingkat upah tapi permasalahan ini secara eksplisit diperdebatkan dalam model Grossman. Implikasi asumsi Grossman dari persamaan (2) bahwa peningkatan depresiasi menyebabkan konsumen memilih stok kesehatan yang lebih rendah dalam rangka meningkatkan produk marjinal kesehatan juga menyamakan hasil marjinal dengan biaya yang lebih tinggi. Depresiasi kesehatan yang diketahui sudah cenderung naik, model Grossman mengatakan bahwa seseorang akan memilih status kesehatan yang lebih rendah setiap tahun berurutan successive year. Hal ini akan mendorong seseorang terpaksa harus memilih usia hidupnya sendiri ; mengingat stok kesehatannya yang optimal akhirnya akan turun sampai dibawah life supporting minimal yang diperlukan, bila hal ini sudah tercapai berarti seseorang akan mati.
Demand pelayanan kesehatan diderivasikan dari suatu demand terhadap stok kesehatan yang optimal dimasing-masing periode ; dengan memperhatikan stok kesehatan saat ini, depresiasi dan investasi pelayanan kesehatan merupakan determinan stok kesehatan dimasa mendatang. Stok kesehatan dan flow gross invesment tidak harus terkait antara satu dengan yang lain. Menurunnya stok kesehatan disetiap waktu tidak harus dikaitkan dengan menurunnya konsumsi pelayanan kesehatan dimasing-masing tahun yang bersangkutan. Tingkat depresiasi yang naik akan mengurangi peningkatan netto kesehatan yang diperoleh dari satu unit gross investment pelayanan kesehatan. Artinya tambahan kesehatan yang terjadi tergantung kepada tingkat depresiasi mengingat gross investment pun pada akhirnya juga akan menghasilkan stok dan investasi netto yang semakin berkurang. Hubungan yang tepat antara faktor usia dan konsumsi pelayanan kesehatan tergantung kepada elastisitas permintaan kesehatan. Demand ini akan sangat tidak elastis bila produk marjinal kesehatan naik secara cepat sejalan dengan menurunnya status kesehatan.
Pengaruh tingkat upah terhadap stok kesehatan dan demand pelayanan kesehatan terdiri dari dua unsur. Produk marjinal kesehatan dihitung dari healthy days jelas akan lebih berharga pada tingkat upah yang lebih tinggi. Tapi waktu milik konsumen juga merupakan input bagi pelayanan kesehatan. Dengan asumsi waktu bukan merupakan satu-satunya input bagi pelayanan kesehatan maka persentase kenaikan upah akan melampaui kenaikan biaya per  unit  dan return kepada kesehatan akan naik disetiap level stok kesehatan.  Pengaruh upah yang meningkat tergantung pada elastisitas permintaan kesehatan dan porsi biaya waktu dalam total biaya per unit pelayanan kesehatan. Tapi karena penambahan kesehatan yang diperoleh dari satu unit gross investment pelayanan kesehatan tidak dipengaruhi oleh kenaikan upah maka permintaan pelayanan kesehatan akan naik atau dalam kasus yang ekstrim mungkin saja tetap sejalan dengan naiknya tingkat upah.
Sebenarnya model human capital kecil implikasinya bagi public policy dalam rangka memperbaiki efisiensi atau pemerataan pelayanan kesehatan. Sebab konsumen dianggap mampu melakukan pilihan yang efisien dalam rangka memaksimalkan utilitynya. Pelayanan kesehatan akan meningkat sejalan dengan naiknya pendapatan. Juga mengingat pilihan konsumen sudah efisien maka pengukuran income support akan menyebabkan tercapainya tingkat pemerataan yang diinginkan. Dowie (1975) mengemukakan bahwa public policy yang dapat ditunjukkan oleh model pendekatan Grossman perlunya penyediaan informasi kesehatan yang memadai bagi konsumen dan sekaligus para penyedia pelayanan kesehatan tentang pengaruh masing-masing input pelayanan kesehatan juga tentang efisiensi dari mengkombinasikan input kesehatan yang diinginkan.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pada prakteknya ada empat definisi berbeda tentang need yang lazimnya dipergunakan oleh peneliti dan praktisi social policy yang berhubungan dengan aspek pelayanan kesehatan tapi juga dapat dipergunakan diberbagai aspek sosial lainnya yakni normative need, felt need, expressed need dan comparative need. Keempat definisi ini saling terkait dan dapat digunakan untuk membentuk 12 kemungkinan kombinasi bentuk need. Bila +1 menunjukkan adanya need dan -1 menunjukkan tidak adanya need untuk definisi 1 dan seterusnya maka -1, +2, +3 dan +4  berarti bahwa individu memperoleh pelayanan kesehatan meskipun menurut pemikiran para ahli tidak perlu akan tetapi dikehendaki (wanted), diminta (needed) oleh individu dan juga diterima oleh yang lainnya pada kondisi sejenis. Need adalah sesuatu yang potensial untuk penurunan status kesehatan dan sesuatu yang potensial bagi perbaikan status kesehatan di atas level yang mungkin tidak akan diperoleh jika tidak memperbaiki masalah need tersebut. Sumber dari demand adalah wants meskipun tidak semua wants diwujudkan sebagai demand.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptoherijanto,Prijono dan Budhi Soesetyo.2008. Ekonomi Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar