BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada teori permintaan konvensional diajukan asumsi
bahwa konsumen mempunyai cukup informasi untuk dapat melakukan pemilihan barang
yang dikonsumsi secara optimal. Akan tetapi model yang sedemikian itu tidak
selamanya berlaku secara sempurna dibeberapa pasar, termasuk diantaranya pasar
pelayanan kesehatan sehingga sering orang mempersoalkan apakah benar pada pasar
pelayanan kesehatan memang ada fungsi permintaan yang murni. Hal ini karena
adanya lack of knowledge yang berjalan dengan kondisi uncertainty berlaku di
pasar pelayanan kesehatan.
Di samping itu karena salah satu ciri
ekonomi komoditi pelayanan kesehatan tergolong sebagai merit goods, menyebabkan
penurunan pendekatan need terhadap pelayanan kesehatan harus diturunkan
terlebih dahulu dari need terhadap kesehatan sendiri. Dengan demikian
pembahasan tentang penurunan need menduduki peranan penting untuk memahami
bagaimana beroperasinya penurunan fungsi permintaan pelayanan kesehatan versi
teori
agency relationship.
Operasi pasar pelayanan kesehatan
agak berbeda dengan pasar-pasar lain dan pasar pelayanan kesehatan akan
cenderung gagal untuk beroperasi dengan baik karena terjadinya beberapa alasan.
Kenyataan menunjukkan bahwa sumberdaya itu langka sedangkan keinginan manusia
tidak terbatas yang akan membentuk landasan penting bagi konsep permintaan dan
penawaran. Permintaan merupakan kemauan konsumen membayar berbagai barang dan
jasa yang dikonsumsinya. Penawaran berkaitan dengan sisi produksi yaitu
bagaimana biaya faktor-faktor produksi dan harga produk berpengaruh terhadap
barang yang ditawarkan.
Sebagai konsumen kita memiliki
berbagai keinginan terhadap barang dan jasa. Jika hal tersebut digabungkan
dengan kondisi pendapatan yang terbatas, maka akan diperoleh pengertian tentang
permintaan konsumen atau willingness to pay. Dalam fungsi permintaan
diasumsikan bahwa orang akan memberikan nilai kepada barang dan jasa yang
bermanfaat saja. Secara implisit dianggap bahwa orang tersebut ketika melakukan
penilaian memiliki pengetahuan yang baik dan sekaligus berada pada tempat yang
tepat sehingga mendasari pengertian consumer sovereignty yang menyatakan bahwa
konsumen seharusnya soverign
di pasar.
Permintaan dilatarbelakangi oleh
konsep utility yang menyatakan kepuasan. Ekonom mengasumsikan bahwa cara orang
menghabiskan pendapatannya untuk membeli berbagai barang dan jasa merupakan
usaha untuk memaksimalkan kepuasannya. Jika semua barang ditawarkan pada harga
yang sama maka sangat rasional bila seseorang hanya akan mengkonsumsi barang
yang yang memberikan utility terbesar. Tapi hal ini tidak berarti bahwa orang
tadi terus menerus hanya akan mengkonsumsi satu jenis barang saja tentunya bisa
mengkombinasikannya dan konsep diminishing marginal utility telah dipergunakan
dalam perhitungan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Need Terhadap Pelayanan Kesehatan
Pendekatan
need didasari kepada pengertian tentang merit goods. Menurut Margolis (1982)
merit goods adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara
umum dapat dipahami akan tetapi
sulit untuk diperhitungkan dengan
menggunakan teori permintaan
biasa. Need terhadap pelayanan kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap
kesehatannya sendiri berdasarkan pengalaman selama ini yang dilalui seseorang.
Bagi para ekonom need adalah suatu pengertian yang evaluatif dan normatif.
Keraguan
akan relevansi permintaan mengacu pada pemikiran bahwa value mungkin lebih
sesuai dikenakan kepada semua orang daripada hanya kepada konsumen saja
sehingga beberapa ekonom William dan Anderson (1975) lebih suka membahas
masalah marginal value curve ketimbang kurva permintaan sendiri. Pada kurva
permintaan diasumsikan bahwa konsumen melakukan penilaian, artinya kebebasan
konsumen berjalan sepenuhnya. Sedangkan pada marginal value curve yang
melakukan penilaian bisa siapa saja atau sedikitnya tidak dipermasalahkan. Bila
yang melakukan penilaian si konsumen maka kedua kurva tersebut sama. Dalam
prakteknya mengingat komoditi kesehatan tidak homogen, yang dapat dilihat dari
indikasi bahwa pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter umum tidak sama
dengan yang dilakukan oleh dokter spesialis, maka sejauh mana need atau demand
yang tepat akan bervariasi sesuai dengan pelayanan kesehatan.
Dalam
pembahasan total need tidak semua need akan dapat dipenuhi sehingga akan
terdapat sebuah ranking need dalam pengertian ceteris paribus kita akan lebih
memilih satu need untuk dipenuhi dibanding need yang lain, bila need yang
dipilih akan bermanfaat lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih
sehingga asumsi ceteris paribus tidak dapat terpenuhi khususnya bila dikaitkan
dengan biaya. Dengan konsep opportunity cost jelas bahwa pemilihan need mana
yang akan dipenuhi harus merupakan bagian dari fungsi biaya, berarti untuk
memenuhi need tidak perlu mekanisme paling efektif yang harus dipilih. Need
bukan sesuatu yang absolut maupun terbatas. Need adalah sesuatu yang dinamis
dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dimana
pertumbuhan need merupakan bagian dari perkembangan penawaran fasilitas
pelayanan kesehatan.
Beberapa
ide pokok Culyer dkk (1981) tentang need di bidang kesehatan yakni sebagai
berikut :
1 .
Need tidak selalu harus dijelaskan dengan tanpa
mempertimbangkan apakah hasil akhir yang ingin dicari serta jenis
pelayanan kesehatan mana yang dijadikan instrumennya.
2 .
Pengabaian kemungkinan pertukaran
dalam rangka memenuhi suatu need nampaknya akan merupakan persoalan awal dari timbulnya
masalah ketidakefisienan.
3 .
Bagaimanapun kita mendefinisikan need maka hampir selalu timbul usaha pihak ketiga yang
terlibat kedalam proses penilaian, berbeda halnya dengan demand dimana konsumen
lah yang sovereign.
4 .
Need tidak absolut.
5 .
Need harus diranking dan juga harus dihitung.
6 .
Kontribusi utama dari
ilmu ekonomi ke dalam needology diderivasikan dari
dasar pengertian bahwa need mana yang
akan dipenuhi akan tergantung
sekali dengan biaya manfaat untuk memenuhi need tersebut.
Konsep
need dan demand akan sangat potensial dalam membantu analisa dan mengevaluasi
kebijaksanaan pelayanan kesehatan dan yang lebih penting lagi tentang implikasi
berbagai pola pelayanan kesehatan yang berbeda. Konsep demand tetap mengandung
pengertian dasar bahwa individulah yang melakukan penilaian manfaatnya.
Sedangkan konsep need merangkum beberapa penilaian efektifitas, potensi untuk
mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi need dengan segala akibat yang
ditimbulkannya dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumberdaya serta dapat
juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumberdaya. Pada umumnya akan lebih
baik untuk memasukkan sekaligus demand dan need saat melakukan pengujian
beroperasinya pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat jika hanya demand atau
need sendiri-sendiri saja kurang memberikan dasar yang cukup bagi pengambilan
keputusan yang tepat. Alokasi sumberdaya sektor kesehatan tetap kurang efisien
tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut penyatuan kesepakatan tentang
benefit’s value yang sering masih berbeda antara satu orang dan informasi yang
benar tentang segi biayanya.
2.2 Demand Terhadap Pelayanan
Kesehatan
Ada
dua pendekatan yang dipergunakan untuk permintaan pelayanan kesehatan yakni the
agency relationship (supplier induced demand model) dan investment model
menurut Grossman (1972a, 1972b). Perbedaan utama kedua pendekatan tersebut
terletak dari asumsinya tentang posisi pasien dalam model demand. Pada
pendekatan pertama peranan pasien amat kecil dibandingkan peranan ahli
kesehatan atau dokter dalam membentuk demand pelayanan kesehatan. Grossman
(1972) menyatakan bahwa pasien cukup memiliki informasi dan kebebasan dalam
menentukan demand nya sendiri.
2.2.1 Demand Menurut Model Agency Relationship
Hubungan
antara need dengan demand merupakan sesuatu yang rumit dengan beberapa
argumentasi sebagai berikut :
a .
Sebagai individu semua
orang sering mempunyai wants kesehatan yang lebih baik dari yang dimiliki saat ini.
b .
Sebagian individu tidak
melakukan apapun dengan wants tadi dan sebagian lagi secara
aktif berusaha memperoleh pelayanan kesehatan misalnya secara rutin melakukan kontrol ke dokter pribadi dan
sebagainya.
c .
Terkadang para dokter tidak sependapat tentang penilaian wants atau demand.
Para dokter mengatakan bahwa beberapa wants atau demand kita tidak
selalu membutuhkan perawatan.
Atau ada beberapa aspek kesehatan yang lebih baik yang seharusnya lebih diperhatikan tapi luput dari perhatian kita.
Sebenarnya justru yang
luput dari perhatian
tersebutlah yang memerlukan
perawatan. Cooper (1975)
mencoba memformulasikan ketiga hal
di atas secara diagramatis seperti pada gambar berikut ini :
Wants yang diwujudkan ke dalam demand
dalam bentuk mencari bantuan dokter
|
Status kesehatan yang dinilai sebagai
need atas pelayanan medis. Tidak semua demand akan menjadi needs, dan tidak
semua need akan tercermin dalam demand
|
Penilaian pribadi terhadap status
kesehatan. Want atas status kesehatan yang lebih baik
|
|
|
|
|
|
|
Tentunya
sumber dari demand adalah wants, meskipun tidak semua wants diwujudkan sebagai
demand. Tentunya beberapa demand dan wants dinilai sebagai need tapi tidak
semua need akan ditampung kedalam demand dan wants. Berarti ada sumber need
yang sama sekali terpisah dari demand maupun wants tadi ; maksudnya ahli
kesehatan mungkin saja menentukan need tertentu yang tidak termasuk dalam
demand maupun wants dengan demikian need mungkin saja : a . Demanded dan wanted
b . Undemanded dan wanted c . Undemanded dan unwanted.
Dari
sudut pandang pasien demanded dan wanted need tampaknya memiliki nilai yang
lebih tinggi daripada undemanded dan wanted need (dengan mengasumsikan bahwa
ada wants yang berprioritas lebih tinggi akan tampak dinyatakan sebagai demand)
; tapi mungkin tidak demikian halnya menurut pandangan dokter. Menurut
pandangan konsumen undemanded dan unwanted need nampaknya bernilai lebih rendah
(bahkan bila memperhatikan kadar pengetahuannya saat ini mungkin keduanya
sebenarnya tidak berarti sama sekali bagi konsumen) dibandingkan demanded,
wanted need atau undemanded, wanted need.
Apakah
demand dan need dapat digabungkan? Salah satu cara untuk melakukan penggabungan
adalah dengan pendekatan agency relationship ; dimana dalam pendekatan ini
dokter bertindak sebagai agen bagi pasiennya yang kurang mempunyai informasi
tentang segala sesuatu yang menyangkut pelayanan kesehatan. Kejadian ini tidak
lain disebabkan oleh sifat komoditi pelayanan kesehatan yang akhirnya mengacu
kepada situasi dimana dokterlah yang secara efektif sering bertindak untuk
melakukan demanding.
Agar
hubungan tersebut beroperasi secara efisien, menurut Artells (1981) diperlukan
tiga kelompok informasi yaitu sebagai berikut :
1 .
Pengetahuan dasar tentang masalah medis, yaitu
suatu bentuk informasi yang pada dasarnya pasien tidak harus memilikinya. Informasi ini menyangkut pengetahuan
khusus untuk melakukan penilaian
status kesehatan dan mengidentifikasikan perawatan apa saja yang
tersedia.
2 Keterangan
tentang keadaan pasien meliputi pengetahuan tentang simptom pasien, sejarah kesehatan dan keadaan lingkungan pasien sehingga memungkinkan
dokter untuk menerapkan ilmu kedokterannya terhadap kasus yang sedang dialami
pasiennya.
3.
Informasi tentang peniaina pasien sendiri mengenai penyakit yang tengah
dideritanya. Pada penilaian termasuk didalamnya preferensi pasien atas berbagai
alternative perawatan yang tersedia, sikapnya dalam menghadapi resiko
danpenilaiannya atas kemungkinan trade-off dari beraneka dimensi keadaan sehat.
Intinya
kita mencoba
memperbaiki hitungan cost benefit
yang harus dilakukan
pasien. Pemilihan konsumsi biasanya akan memaksa konsumen terlebih
dahulu membuat pertimbangan terhadap cost benefit dari pilihannya untuk
kemudian melakukan pilihan yang sesuai dengan perhitungan tadi. Masalahnya
dalam pelayanan kesehatan sering konsumen sebenarnya tidak menanggung semua
biaya, salah satu penyebabnya karena adanya third party financing dan mungkin
juga karena pasien tidak memperoleh informasi yang lengkap tentang biaya apa
saja yang seharusnya ditanggung. Juga pasien kurang informasi tentang manfaat
apa saja yang akan diperolehnya dari sekian banyak alternatif pilihan pelayanan
kesehatan yang bisa dipilih. Dalam kondisi ini menyebabkan pasien tidak ingin
untuk mengambil resiko akibat buruk dari keputusan yang diambilnya. Agency
relationship kemudian bertindak sebagai
proses untuk menggabungkan
aspek beban biaya,
dampak manfaat dan pengambilan keputusan dari perhitungan cost benefit.
2.2.1
Demand Pelayanan Kesehatan Menurut Model Grossman
Penelitian
Grossman (1972a, 1972b) menyatakan bahwa
demand terhadap pelayanan kesehatan merupakan derivasi dari demand terhadap
kesehatan itu sendiri, menurut terminologinya Becker (1965) kesehatan merupakan
komoditi terpenting. Berdasarkan pengertian tersebut Grossman menyusun teori
tingkah laku konsumen dalam human capital approach. Model Grossman
mengasumsikan bahwa masing-masing individu melakukan penilaian manfaat atas
pengeluaran untuk kesehatan yang diperbandingkan dengan pengeluaran untuk
komoditi lainnya dalam rangka memutuskan status kesehatan yang optimal. Dalam
hal ini konsumen siasumsikan mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya
sendiri, tingkat depresiasi status kesehatannya dan fungsi produksi yang mengkaitkan
perbaikan kesehatan dengan pengeluaran untuk pelayanan kesehatan.
Sejalan
dengan kerangka pikir teori keputusan investasi yang umum, diasumsikan bahwa
setiap individu akan memaksimumkan fungsi utilitinya yang dibentuk dari flow
jasa pelayanan kesehatan dan dari konsumsi barang lainnya untuk setiap tahun
kehidupannya.
Maksimisasi
akan menyebabkan individu menyamakan the marginal return on the asset
(kesehatan) dengan marginal costnya. Return kepada individu ke j disusun dari
marginal physical return (aj) dan marginal monetary return (mj). Biaya kapital
kesehatan adalah tingkat depresiasi (dj) (dikurangi dengan setiap tabungan yang
timbul sebagai akibat pembelian kesehatan saat ini, dengan menyadari bahwa
pembelian kesehatan dimasa mendatang akan menyebabkan terjadinya kenaikan dalam
marginal cost untuk setiap usaha perbaikan kesehatan) sehingga formulasi
matematis untuk individu tertentu pada waktu i
adalah : mj + aj =
rj + dj ................... (1)
Sebenarnya
Grossman melakukan pengujian konsumsi dan aspek-aspek investasi secara terpisah
dengan fokus pada bagian investasi saja. Hasil pecuniary (mj) ditentukan oleh
tiga komponen yaitu tingkat upah harian orang pada tahun ke i (wji) yang diukur
dalam jumlah hari sehat yang dihasilkan oleh satu unit stok kesehatan (Gji) dan
biaya marjinal dari gross investment dibidang kesehatan yang dibeli pada
periode sebelumnya dan termasuk biaya waktu dan uang (Cji – 1) sehingga akan
memberikan rate of return sebagai berikut :
WjiGji dan Cji –
1 = mji = rji + dji .............. (2)
Untuk setiap
individu dengan status kesehatan
tertentu akan selalu ada marginal product kesehatan G
dengan kurva marginal efficiency
kapital kesehatan yang menunjukkan hasil untuk masing-masing tingkat kesehatan
(Wji Gji) / Cji – 1.
Grossman
mendukung asumsi tersebut dengan menunjukkan bahwa return terhadap kesehatan
diukur dengan hari sehari (healty days) yakni 365 hari per tahunnya. Return
tersebut akan bisa menjawab persoalan disability akan tetapi tidak akan bisa
menjawab persoalan debility menurut Cullis JG and West PA (1979). Debility
sebenarnya akan mempengaruhi tingkat upah tapi permasalahan ini secara
eksplisit diperdebatkan dalam model Grossman. Implikasi asumsi Grossman dari
persamaan (2) bahwa peningkatan depresiasi menyebabkan konsumen memilih stok
kesehatan yang lebih rendah dalam rangka meningkatkan produk marjinal kesehatan
juga menyamakan hasil marjinal dengan biaya yang lebih tinggi. Depresiasi
kesehatan yang diketahui sudah cenderung naik, model Grossman mengatakan bahwa
seseorang akan memilih status kesehatan yang lebih rendah setiap tahun
berurutan successive year. Hal ini akan mendorong seseorang terpaksa harus
memilih usia hidupnya sendiri ; mengingat stok kesehatannya yang optimal
akhirnya akan turun sampai dibawah life supporting minimal yang diperlukan,
bila hal ini sudah tercapai berarti seseorang akan mati.
Demand
pelayanan kesehatan diderivasikan dari suatu demand terhadap stok kesehatan
yang optimal dimasing-masing periode ; dengan memperhatikan stok kesehatan saat
ini, depresiasi dan investasi pelayanan kesehatan merupakan determinan stok
kesehatan dimasa mendatang. Stok kesehatan dan flow gross invesment tidak harus
terkait antara satu dengan yang lain. Menurunnya stok kesehatan disetiap waktu
tidak harus dikaitkan dengan menurunnya konsumsi pelayanan kesehatan
dimasing-masing tahun yang bersangkutan. Tingkat depresiasi yang naik akan
mengurangi peningkatan netto kesehatan yang diperoleh dari satu unit gross
investment pelayanan kesehatan. Artinya tambahan kesehatan yang terjadi
tergantung kepada tingkat depresiasi mengingat gross investment pun pada
akhirnya juga akan menghasilkan stok dan investasi netto yang semakin
berkurang. Hubungan yang tepat antara faktor usia dan konsumsi pelayanan
kesehatan tergantung kepada elastisitas permintaan kesehatan. Demand ini akan
sangat tidak elastis bila produk marjinal kesehatan naik secara cepat sejalan
dengan menurunnya status kesehatan.
Pengaruh
tingkat upah terhadap stok kesehatan dan demand pelayanan kesehatan terdiri
dari dua unsur. Produk marjinal kesehatan dihitung dari healthy days jelas akan
lebih berharga pada tingkat upah yang lebih tinggi. Tapi waktu milik konsumen
juga merupakan input bagi pelayanan kesehatan. Dengan asumsi waktu bukan
merupakan satu-satunya input bagi pelayanan kesehatan maka persentase kenaikan
upah akan melampaui kenaikan biaya per
unit dan return kepada kesehatan
akan naik disetiap level stok kesehatan.
Pengaruh upah yang meningkat tergantung pada elastisitas permintaan
kesehatan dan porsi biaya waktu dalam total biaya per unit pelayanan kesehatan.
Tapi karena penambahan kesehatan yang diperoleh dari satu unit gross investment
pelayanan kesehatan tidak dipengaruhi oleh kenaikan upah maka permintaan
pelayanan kesehatan akan naik atau dalam kasus yang ekstrim mungkin saja tetap
sejalan dengan naiknya tingkat upah.
Sebenarnya
model human capital kecil implikasinya bagi public policy dalam rangka
memperbaiki efisiensi atau pemerataan pelayanan kesehatan. Sebab konsumen
dianggap mampu melakukan pilihan yang efisien dalam rangka memaksimalkan
utilitynya. Pelayanan kesehatan akan meningkat sejalan dengan naiknya
pendapatan. Juga mengingat pilihan konsumen sudah efisien maka pengukuran
income support akan menyebabkan tercapainya tingkat pemerataan yang diinginkan.
Dowie (1975) mengemukakan bahwa public policy yang dapat ditunjukkan oleh model
pendekatan Grossman perlunya penyediaan informasi kesehatan yang memadai bagi
konsumen dan sekaligus para penyedia pelayanan kesehatan tentang pengaruh
masing-masing input pelayanan kesehatan juga tentang efisiensi dari
mengkombinasikan input kesehatan yang diinginkan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada prakteknya ada empat definisi
berbeda tentang need yang lazimnya dipergunakan oleh peneliti dan praktisi
social policy yang berhubungan dengan aspek pelayanan kesehatan tapi juga dapat
dipergunakan diberbagai aspek sosial lainnya yakni normative need, felt need,
expressed need dan comparative need. Keempat definisi ini saling terkait dan
dapat digunakan untuk membentuk 12 kemungkinan kombinasi bentuk need. Bila +1
menunjukkan adanya need dan -1 menunjukkan tidak adanya need untuk definisi 1
dan seterusnya maka -1, +2, +3 dan +4
berarti bahwa individu memperoleh pelayanan kesehatan meskipun menurut
pemikiran para ahli tidak perlu akan tetapi dikehendaki (wanted), diminta
(needed) oleh individu dan juga diterima oleh yang lainnya pada kondisi
sejenis. Need adalah sesuatu yang potensial untuk penurunan status kesehatan
dan sesuatu yang potensial bagi perbaikan status kesehatan di atas level yang
mungkin tidak akan diperoleh jika tidak memperbaiki masalah need tersebut.
Sumber dari demand adalah wants meskipun tidak semua wants diwujudkan sebagai
demand.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
Tjiptoherijanto,Prijono
dan Budhi Soesetyo.2008. Ekonomi Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar