Selasa, 22 November 2016

Makalah Ekonomi Kesehatan dan Pembangunan

Nama   : Vitha A.Lontaan
Nim     : 14111101078
Kelas   : Administrasi Kebijakan Kesehatan


EKONOMI KESEHATAN DAN PEMBANGUNAN

1.                  PENDAHULUAN
Dalam ekonomi kesehatan dan pembangunan sangat penting untuk membahas masalah yang berkaitan antara pembangunan kesehatan dengan pembangunan ekonomi. Serta masalah pembiayaan pembangunan kesehatan dan penyusunan anggaran kesehatan juga persoalan pencatatan mata anggaran kesehatan. Peranan kesehatan terhadap kualitas sumber daya manusia sangat penting dalam pembangunan perekonomian. Pengaruh kesehatan terhadap pembangunan ekonomi diawali dengan berbagai bentuk peranan perbaikan gizi dan program kesehatan terhadap peningkatan produktivitas. Dengan adanya peningkatan produktivitas ini pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peranan pembangunan ekonomi terhadap peningkatan derajad kesehatan memperoleh dua hasil. Yang pertama, dari bukti empiris terlihat bahwa pembangunan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap penurunan tingkat kematian bayi atau IMR. Yang kedua, penurunan IMR pada gilirannya akan membawa akibat adanya peningkatan jumlah penduduk yang belum tentu akan berdampak positif terhadap proses pembangunan ekonomi selanjutnya.
            Negara Indonesia luasnya hamper dua juta km2, yang terdiri dari 18.000 pulau. Terdapat lima pulau yang besar yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimat, Sulawesi dan Irian Jaya dengan secara keseluruhan kepadatan penduduk yang distribusinya tidak merata. Data kasus kesehatan pada dekade terakhir menyebutkan tentang naiknya angka harapan hidup dan angka kematian bayi (IMR) menurun walaupun berbeda-beda di antara daerah kota-kota dan propinsi. Secara keseluruhan pola penyakit tidak berubah walaupun masalah kesehatan sehubungan dengan masalah urbanisasi dan industriliasi dalam keadaan meningkat. Sejak tshun 1985 dengan menurunnya harga minyak yang merupakan komoditi ekspor ekonomi dan keuangan yang sulit. Mengingat penghasilan minyak dan pinjaman internasional serta grand telah diizinkan untuk disusun, termasuk sektor kesehatan, penurunan dalam penghasilan membuat sukarnya medukung infrastruktur dengan memuaskan.melalui proyek pembelanjaan sektor kesehatan, aka nada beberapa percobaan dengan membayar di muka (prepaid), dalam bentuk organisasi dana sosial kesehatan melalui dana sehat. Melalui asuransi kesehatan dengan menyediakan perawatan primer melalui fasilitas setempat penyedia lokal dan pusat kesehatan serta penyediaan perawatan sekunder oleh rumah sakit kabupaten.
            Dalam sistem kesehatan nasional difungsikan untuk membantu meningkatkan penyelenggaraan pembangunan kesehatan khususnya pembangunan social. Tujuan pembangunan pembangunan nasional bidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
           



2.      PEMBAHASAN
A. Ekonomi Kesehatan dan Pembangunan
Produk Domestik Bruto (PDB atau GNP) merupakan ukuran umum yang dipakai untuk mengukur nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian. Pertumbuhan GNP dapat terjadi baik, karena nilai dari pada apa yang dihasilkan tersebut menungkat. Salah satu kesuluan dalam pengukuran memakai GNP karena penekanan diberikan hanya kepada aspek kualitas daripada barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan. Sementara program-program di bidang kesehatan dan pendidikan lebih berhubungan dengan peningkatan kualitas dari sumber daya manusia. GNP merupakan ukuran keadaan ekonomi suatu negara, khusunya yang menyangkut kemajuan ekonominya. Oleh karena itu, semakin tinggi GNP suatu negara akan semakin terpenuhi kebutuhan dasar dalam negara tersebut. Sekitar 20% dari pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat disebabkan oleh perbaikan dalam tingkat pendidikan. Sementara itu kesehatan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui beberapa cara, misalnya perbaikan kesehatan seseorang akan menyebabkan  pertambahan dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat pendidikan yang kemudian menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan kesehatan meyebabkan bertambahnya penduduk yang akan membawa tingkat partisipasi angkatan kerja. (Schultz 1960 dan Denison 1962)
Salah satu factor yang mempengaruhi produktifitas sumber daya manusia terletak pada keadaan kesehatannya sendiri. Rendahya tingkt gizi dan kalori bagi penduduk usia muda di peesaan akan menghasilkan pekerja-pekerja yang kurang produktif dengan tingkat mental yang agak terkebelakang. Pada kelanjutannya, hal ini akan menyebabkan produktifitas yang krang tinggi dan mengakibatkan tingkat output yang rendah.

a.          Sumbangan Sektor Kesehatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Timbulnya kekurangan gizi serta derajat kesehatan masyarakat erat hubungannya dengan gizi. Dan juga derajat kesehatan masyarakat erat hubungannya dengan kemiskinan, sehingga sangat dimungkinkan apabila derajad kesehatan diperbaiki, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi akan dinikmati. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebuah barang tentu disebabkan pula oleh semakin produktif sumber daya manusia, yang merupakan masuka bagi perkembangan perekonomian tersebut. Perbaikan dalam status gizi akan menurunkan tingkat kematian dan kesakitan, khusunya bagi penduduk usia kerja, sehingga dapat meningkatkan partisipasi bagi yang sedan gmelakukan kegiatan kerja.
Perbaikan dalam gizi dan kesehatan tenaga kerja akan meningkatkan efisiensi kerja melalui peningkatan kemampuan individualnya. Pengaruh dari program kesehatan serta gizi terhadap penduduk usia muda akan terlihat pada peningkatan GNP di masa depan, yang terjadi sebagai akibat perubahan-perubahan dalam pendidikan. Penurunan dalam morbiditas dan mortalitas akan meningkatkan kehadiran dan hasil (performance) di dalam lembaga-lembaga pendidikan. Sedangkan program-program gizi dan kesehatan juga akan mempengaruhi GNP melalui pertumbuhan gizi dan kesehatan juga akan mempengaruhi GNP melalui pertumbuhan ekonomi, yakni dengan bertambahnya tingkat partisipasi dalam dunia pendidikan. Namun akibat negative dari pertumbuhan penduduk yang cepat terhadap perkembangan GNP tersebut mendapat perhatian banyak peneliti. Pda umumnya mereka ingin melihat hubungan antara banyaknya kalori yang dikonsumsi, tingkatpendidikan, dan laju pertumbuhan ekonomi.
Rendahnya  tingkat nutrisi dan gizi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya di negara-negara berkembang. Pentingnya peningkatan kesehatan anak-anak yang diharapkan dapat meningkan pendidikan mereka. Hal ini sangat penting, karena pendidikan memegang peranan yang cukup penting dalam meningkatkan pendidikan mereka dalam peningkatan konsumsi kalori. Dengan pendidikan yang terarah dapat ditanamkan pentingnya hidup sehat sejak dini. Gaya hidup sehat ini yang kelanjutannya akan menentukan kemampuan mental serta fisik dalam menuntut pendidikan yang lebih tinggi. Jadi, untuk mendapatkan bibit unggul dala dunia pendidikan, tingkat kecukupn gizi dan kalori selama umur balita haruslah diperhatikan (CorreanCummins 1970).

b.            Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Pada Derajat Kesehatan
Peningkatan GNP akan membawa pengaruh pada penurunan tingkat kesakitan dan tingkat kematian serta perbaikan dalam status gizi, baik bagi masyarakat secara keseluruhan maupun individu tertentu. Menghubungkan laju pertumbuhan ekonimo semata-mata dengan pembangunan sektor kesehatan harus berhati-hati. Masih banyak faktor lain yang mempengaruhi derajat kesehatan. Mungkin bukan pertumbuhan yang terpenting, tetapi distribusi dari pendapatan atau kekayaan menurut golongan-golongan ekonomi di masyarakat, yang lebih relevan untuk melihat pengaruhnya terhadap pembangunan sektor kesehatan.
Perhitungan manfaat dan biaya ekonomis dari suatu program kesehatan dapat menjadi alat yang penting, khususnya bagi perencanaan pembangunan ekonomi di negara-negar Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Untuk negara-negara ini harga yang nyata dari program-program kesehatan seringkali termasuk juga tekanan akibat prtumbuhan penduduk dan tidak semata-mata pengeluaran untuk proyek-proyek kesehatan.
Sekarang ini pembangunan kesehatan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di beberapa bidang. Namun, perubahan-perubahan dalam derajat kesehatan menyebabkan hambatan dalam pembangunan ekonomi. Khususnya perkembangan di sektor kesehatan menyebabkan tingkat kematian menurun, yang kemudian akan menyebabkan pertambahan jumlah penduduk.
Sementara itu perbaikan di bidang ekonomi yang sering ditunjukan dengan meningkatnya GNP atau GNP per kepala, tidak secara langdung meningkatkan pembangunan sektor kesehatan. Masih banyak sektor lain yang perlu dikaji sehubungan dengan pengaruh terhadap perkembangan sektor ini. Tampaknya program-program di bidang gizi yang diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga bila maslah kualitas sumber daya manusia yang dipentingkan, program-program di bidang ini tidak boleh dilupakan.

B. Pembiayaan Kesehatan di Indonesia
         Secara garis besar sistem perawatan kesehatan di Indonesia adalah sama dengan kebanyakan negara lain. Belakangan ini telah dikembangkan program posyandu yang memperluas aktivitas perawatan kesehatan dasar. Perluasan besar-besaran tersebut secara terinci telah diikutu dengan jumlah anggaran dan kesulitan manajemen. Problem keuangan tidak dialirkan khusus dari setiap biaya besar yang duharapkan sehubungan dengan program pusat kesehatan dan posyandu yang diharapkan menggambarkan nilai uang yang baik. Tetapi dalam situasi ekonomi seluruh negara sekarang faces couple dengan mengharapkan biaya lain biaya lain, yaitu bagia teknologi yang tinggi dari pelayanan kesehatan. Dari 1400 rumah sakit di Indonesia, satu setengahnya milik swasta, walaupun mereka hanya memasukkan 30% dari tempat tidur yang ada.
         Pola pengeluaran dan tren pembiayaan sektor perawatan kesehatan di Indonesia menunjukan karakter yang kompleks. Arus dana dalam sektor ini mengalir dari berbagai sumber. Sumber yang paling besar ialah pemerintah, yang dibayar oleh rumah tangga, sumbangan pegawai untuk perawatan kesehatan, pekerja dan bantuan asing. Sekitar 35% pengeluaran kesehatan sumbernya dating dari pemerintah, sedangkan 65% dating dari sumber non pemerintah termasuk organisasi swasta dan dilur kantong pengeluaran (out of pocket expenditure). Pengeluaran kesehatan nasional adalah semuaya biaya untuk perawatan kesehatan individual, biaya administrasi dari progam kesehatan non profit government, biaya net dari asuransi kesehatan, pengeluaran pemerintah untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit,training, pendidikan di personel kesehatan, penelitian kesehatan, dan pembangunan fasilitas kesehatan, perlengkapan. Secara umum pemerintah bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan nasional, yang mana termasuk promosi, pencegahan penyakit, dan usaha rehabilitasi.
      Sumber dana dalam pembiayaan kesehatan terbagi atas beberapa bagian, yaitu :
a.                   Anggaran Pemerintah Pusat
Sebagian besar sumber dana adalah anggaran pemerintah pusat, yang dibelanjakan untuk program kesehatan nasional dan pelayanan kesehatan pemerintah, biaya untuk fasilitas pelayanan kesehatan umum daan penelitian obat-obatan. Arus dana yang terutama adalah dari sektor pendapatan pemerintah, yang terutama diperoleh dari pajak dan pendapatan perusahaan negara.

b.                  Anggaran Pemerintah Tingkat Propinsi
Tiap propinsi dan kabupaten mempunyai anggaran rutin dan pembangunan, dan juga menerima dana dari pusat. Dana tersebut sebagian besar digunakan untuk hal yang mencakup biaya operasional rumah sakit dan jaringan pusat kesehatan. Secara teoritis, pemerintah propinsi dan kabupaten membayar gaji para personel kesehatan yang prakteknya dibayar melalui subsidi pemerintah pusat.

c.                   Anggaran Pemerintah Tingkat Kabupaten
Garis dasar operasional pusat pelayanan kesehatan dan program kesehatan adalah tingkat kabupaten, dalam bentuk rumah sakit kabupaten, jaringan pusat kesehatan dan pos integrasi yang dijalankan oleh masyarakat. Gaji tenaga kesehatan telah dibayar olehpemerintah pusat melalui subsudi kepada pemerintah kabupaten.


d.                  Sumber Pembiayaan Eksternal (dari luar)
Berbagai macam sumber eksternal anggaran belanja naik baru-baru ini, secara khusus diikuti penurunan anggaran pembangunan kesehatan pusat, yang mana paling banyak disumbangkan dari seluruh anggaran pembangunan. Bantuan eksternal menyumbangkan porsi 3,5% menjadi 32,1% di luar anggaran total dari tiap program kesehatan.

e.                   User Charges (pungutan pemakai)
Indonesia telah mengadopsi system user charges (pungutan pemakai) untuk pelayanan kesehatan secara umum. Untuk rumah sakit, struktur pembayaran terdiri dari tiga tarif utama yaitu : tarif tetap untuk pasien di luar, tarif tetap untuk pasien dalam per hari dan tariff terjadwal untuk pelayanan kesehatan khusus. Untuk pusat kesehatan dasar user charge menekankan tariff tetap tiap pengunjung pasien luar yang harus mencakup konsultasi medis tambah pembah pemberian obat-obatan selama tiga hari.
      Pengeluara sektor swasta adalah terutama dicurahkan untuk pelayanan penyembuhan dengan sebagian kecil termasuk pendidikan dan training. Rumah sakit swasta dan praktik dokter hanya melakukan sedikit pelayanan penyembuhan. Tendensi ini adalah yang bisa terjadi di negara lain dan kesamaannya bahwa aktivitas pencegahan secara rutin di masa mendatang merupakan tanggungjawab pemerintah. Ada dua sumber utama di sektor swasta. Pertama, pembayaran langsung melalui perorangan di luar ongkos tarif pelayanan dan pembelian obat-obatan. Kedua, dengan perusahaan swasta yang besar dan perusahaan setempat yang menyediakan pelayanan kesehatan langsung kepada pegawainya.
      Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga tahun 1985, menunjukan bahwa 99,99% dari penduduk telah menderita penyakit. Di luar jumlah ini 63,6% telah mendapat kesempatan melalui perawatan penyembuhan 11,52% dari semua yang dirawat telah masuk rumah sakit. Dua pertiga dari penduduk mempunyai pembelanjaan hanya 40% dari seluruh pengeluaran kesehatan mereka untuk perawatan medis di sektor modern, termasuk pembelian obat-obatan. Sekarang ini sebagian kecil dari jumlah penduduk masuk dalam program asuransi. Menteri Kesehatan telah mengeluarkan petunjuk prinsip untuk mengembangkan asuransi kesehatan yang disebut DUKM (dana masyarakat untuk pelayanan kesehatan). DUKM adalah konsep dan serangkaian ide untuk meluaskan keterlibatan masyarakat dalam pembelanjaan melalui mekanisme asuransi kesehatan dan melengkapi system pelayanan kesehatan agar menjadi lebih efisien dan efektif.
      ASKES adalah suatu akronim untuk system asuransi kesehatan yang terbesar di Indonesia, yang mencakup semua pegawai pemerintah, dan keluarganya serta pension. ASKES didirikan pada tahun 1968 dan telah mengalami sejumlah perubahan sejak waktu itu. Saat ini system ASKES  dikelola oleh perusahaan pemerintah yang disebut Perum Husada Bhakti (PHB). Proyek pembiayaan sektor kesehatan akan membantu PHB dalam melakukan critical review dari programnya dengan suatu pandangan ke arah peningkatan efisien perbaikan dalam pengiriman biaya perawatan finance dan akhirnya kecukupan bagi dirinya sendiri dan juga akan membantu PHB  untuk meningkatkan system informasi manajemen dan training staff mereka.
      Organisasi PKTK (program kesehatan pegawai swasta berdasarkan upah) adalah organisasi yang dikembangkan berdasarkan kesepakatan bersama antara Menteri Tenaga Kerja dengan Menteri Kesehatan untuk menyediakan perawatan kesehatan bagi pekerja di sektor swasta bersama keluarganya. Dana dikumpulkan dari partisipasi perusahaan yang dikelola oleh Menteri Tenaga Kerja melalui ASTEK, sedangkan penyediaan pelayanan kesehatan dan pengawasan kualitasnya dikelola oleh Menteri Kesehatan. Penyedianya adalah jaringan pelayanan kesehatan yang dipunyai salah satu sektor pemerintah atau swasta. Termasuk pusat kesehatan, rumah sakit uum dan swasta, klinik ibu hamil, praktik dokter swasta dan sebagainya.  Dana sehat adalah organisasi di tingkat desa yang dimaksudkan untuk mengansurasikan anggota masyarakat desa kepada perawatan kesehatan primer yang didasarkan pada filsafat untuk menolong diri sendiri.

C. Sistem Kesehatan Nasional
            Sistem kesehatan nasional merupakan suatu sumbangan bagi peningkatan penyelenggaan pembangunan kesehatan khususnya pembangunan nasional. Disamping itu, system kesehatan nasisonal juga dipakai sebagai pedoman bagi semua penyelenggara upaya kesehatan di Indonesia (Suryaningrat,1981).
      Dalam sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Dalam GBHN 1988, untuk sub sektor kesehatan telah ditetapkan bahwa: Pertama, pembanguna kesehatan diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Kedua, pembangunan kesehatan terutama ditujukan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Ketiga, upaya perbaikan kesehatan rakyat ditingkatkan antara lain melalui pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, kebersihan dan kesehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Keempat, dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, perlu terus ditingkatkan mutu pelayanan rumah-rumah sakit, lembaga-lembaga pemulihan kesehatan, pusat-pusat kesehatan masyarakat serta lembaga-lembaga kesehatan lainnya. Kelima, pelayanan kesehatan, baik oleh pemerintah maupun oleh swasa harus selalu memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan dalam pelaksanaannya.
      Unsur utama dalam pelayanan kesehatan adalah bagaimana masyarakat dapat menolong dirinya sendiri terutama dalam pencegahan penyakit, penyembuhan terhadap yang telah terlanjut sakit, peran serta yang aktif dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatan kesehatan, dan unsur yang lain adalah diberikannya perhatian khusus terhadap masyarakat di daerah terpencil, daerah pemukiman baru dan daerah pemberantasan. Sehingga pembangunan kesehatan diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh penduduk secara merata dimanapun tempat tinggalnya. Pembangunan jangka panjang bidang kesehatan merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional yang diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sektor sebagai berikut: Pertama,peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Kedua, perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan. Ketiga, peningkatan status gizi masyarakat. Keempat, pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Kelima, pengembangan keluarga sehat dan sejahtera dengan makin diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
      Pada umumnya digunakan dua indikator untuk mengukur keberhasilan pebangunan bidang kesehatan yang terdiri dari: Pertama indicator derajat kesehatan. Indikator ini mencoba mengukur angka harapan hidup, angka kematian bayi dan status gizi yang diukur melalui presentase berat badan bayi ketika lahir dan berat badan balita. Kedua adalah indicator yang berkaitan dengan upaya kesehatan, yang mencoba mengukur keberhasilan pelaksanaan upaya kesehatan kepada masyarakat. Biasanya digunakan 3 ukuran yang terdiri dari angka cakupan imunisasi, angka cakupan pertolongan persalinan dan angka cakupan penyediaan air bersih bagi masyarakat.

3.      KESIMPULAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas sumber daya manusia terletak pada keadaan kesehatannya sendiri. Rendahya tingkt gizi dan kalori bagi penduduk usia muda di peesaan akan menghasilkan pekerja-pekerja yang kurang produktif dengan tingkat mental yang agak terkebelakang. Pada kelanjutannya, hal ini akan menyebabkan produktifitas yang krang tinggi dan mengakibatkan tingkat output yang rendah. Perbaikan dalam gizi dan kesehatan tenaga kerja akan meningkatkan efisiensi kerja melalui peningkatan kemampuan individualnya. Rendahnya  tingkat nutrisi dan gizi akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya di negara-negara berkembang. Pentingnya peningkatan kesehatan anak-anak yang diharapkan dapat meningkan pendidikan mereka. Pengeluaran kesehatan nasional adalah semuaya biaya untuk perawatan kesehatan individual, biaya administrasi dari progam kesehatan non profit government, biaya net dari asuransi kesehatan, pengeluaran pemerintah untuk promosi kesehatan dan pencegahan penyakit,training, pendidikan di personel kesehatan, penelitian kesehatan, dan pembangunan fasilitas kesehatan, perlengkapan. Sistem kesehatan nasional merupakan suatu sumbangan bagi peningkatan penyelenggaan pembangunan kesehatan khususnya pembangunan nasional. Disamping itu, system kesehatan nasisonal juga dipakai sebagai pedoman bagi semua penyelenggara upaya kesehatan di Indonesia




4.      DAFTAR PUSTAKA
Tjiptoherijanto,Prijono dan Budhi Soesetyo (2008). Ekonomi Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta


Tugas NEED DAN DEMAND BAGI PELAYANAN KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pada teori permintaan konvensional diajukan asumsi bahwa konsumen mempunyai cukup informasi untuk dapat melakukan pemilihan barang yang dikonsumsi secara optimal. Akan tetapi model yang sedemikian itu tidak selamanya berlaku secara sempurna dibeberapa pasar, termasuk diantaranya pasar pelayanan kesehatan sehingga sering orang mempersoalkan apakah benar pada pasar pelayanan kesehatan memang ada fungsi permintaan yang murni. Hal ini karena adanya lack of knowledge yang berjalan dengan kondisi uncertainty berlaku di pasar pelayanan kesehatan.
Di samping itu karena salah satu ciri ekonomi komoditi pelayanan kesehatan tergolong sebagai merit goods, menyebabkan penurunan pendekatan need terhadap pelayanan kesehatan harus diturunkan terlebih dahulu dari need terhadap kesehatan sendiri. Dengan demikian pembahasan tentang penurunan need menduduki peranan penting untuk memahami bagaimana beroperasinya penurunan fungsi permintaan pelayanan kesehatan versi teori
agency relationship.
Operasi pasar pelayanan kesehatan agak berbeda dengan pasar-pasar lain dan pasar pelayanan kesehatan akan cenderung gagal untuk beroperasi dengan baik karena terjadinya beberapa alasan. Kenyataan menunjukkan bahwa sumberdaya itu langka sedangkan keinginan manusia tidak terbatas yang akan membentuk landasan penting bagi konsep permintaan dan penawaran. Permintaan merupakan kemauan konsumen membayar berbagai barang dan jasa yang dikonsumsinya. Penawaran berkaitan dengan sisi produksi yaitu bagaimana biaya faktor-faktor produksi dan harga produk berpengaruh terhadap barang yang ditawarkan.
Sebagai konsumen kita memiliki berbagai keinginan terhadap barang dan jasa. Jika hal tersebut digabungkan dengan kondisi pendapatan yang terbatas, maka akan diperoleh pengertian tentang permintaan konsumen atau willingness to pay. Dalam fungsi permintaan diasumsikan bahwa orang akan memberikan nilai kepada barang dan jasa yang bermanfaat saja. Secara implisit dianggap bahwa orang tersebut ketika melakukan penilaian memiliki pengetahuan yang baik dan sekaligus berada pada tempat yang tepat sehingga mendasari pengertian consumer sovereignty yang menyatakan bahwa konsumen seharusnya soverign
di pasar.
Permintaan dilatarbelakangi oleh konsep utility yang menyatakan kepuasan. Ekonom mengasumsikan bahwa cara orang menghabiskan pendapatannya untuk membeli berbagai barang dan jasa merupakan usaha untuk memaksimalkan kepuasannya. Jika semua barang ditawarkan pada harga yang sama maka sangat rasional bila seseorang hanya akan mengkonsumsi barang yang yang memberikan utility terbesar. Tapi hal ini tidak berarti bahwa orang tadi terus menerus hanya akan mengkonsumsi satu jenis barang saja tentunya bisa mengkombinasikannya dan konsep diminishing marginal utility telah dipergunakan dalam perhitungan.


















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Need Terhadap Pelayanan Kesehatan
Pendekatan need didasari kepada pengertian tentang merit goods. Menurut Margolis (1982) merit goods adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat  dipahami akan  tetapi  sulit  untuk  diperhitungkan  dengan  menggunakan  teori permintaan biasa. Need terhadap pelayanan kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri berdasarkan pengalaman selama ini yang dilalui seseorang. Bagi para ekonom need adalah suatu pengertian yang evaluatif dan normatif.
Keraguan akan relevansi permintaan mengacu pada pemikiran bahwa value mungkin lebih sesuai dikenakan kepada semua orang daripada hanya kepada konsumen saja sehingga beberapa ekonom William dan Anderson (1975) lebih suka membahas masalah marginal value curve ketimbang kurva permintaan sendiri. Pada kurva permintaan diasumsikan bahwa konsumen melakukan penilaian, artinya kebebasan konsumen berjalan sepenuhnya. Sedangkan pada marginal value curve yang melakukan penilaian bisa siapa saja atau sedikitnya tidak dipermasalahkan. Bila yang melakukan penilaian si konsumen maka kedua kurva tersebut sama. Dalam prakteknya mengingat komoditi kesehatan tidak homogen, yang dapat dilihat dari indikasi bahwa pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter umum tidak sama dengan yang dilakukan oleh dokter spesialis, maka sejauh mana need atau demand yang tepat akan bervariasi sesuai dengan pelayanan kesehatan.
Dalam pembahasan total need tidak semua need akan dapat dipenuhi sehingga akan terdapat sebuah ranking need dalam pengertian ceteris paribus kita akan lebih memilih satu need untuk dipenuhi dibanding need yang lain, bila need yang dipilih akan bermanfaat lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih sehingga asumsi ceteris paribus tidak dapat terpenuhi khususnya bila dikaitkan dengan biaya. Dengan konsep opportunity cost jelas bahwa pemilihan need mana yang akan dipenuhi harus merupakan bagian dari fungsi biaya, berarti untuk memenuhi need tidak perlu mekanisme paling efektif yang harus dipilih. Need bukan sesuatu yang absolut maupun terbatas. Need adalah sesuatu yang dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dimana pertumbuhan need merupakan bagian dari perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan.
Beberapa ide pokok Culyer dkk (1981) tentang need di bidang kesehatan yakni sebagai berikut :
1  . Need tidak  selalu  harus dijelaskan dengan  tanpa  mempertimbangkan apakah hasil akhir yang ingin dicari serta jenis pelayanan kesehatan mana yang dijadikan instrumennya.
2  . Pengabaian  kemungkinan  pertukaran  dalam rangka  memenuhi  suatu need nampaknya akan  merupakan persoalan awal dari timbulnya masalah ketidakefisienan.
3  . Bagaimanapun  kita  mendefinisikan need maka  hampir selalu timbul usaha pihak ketiga yang terlibat kedalam proses penilaian, berbeda halnya dengan demand dimana konsumen lah yang sovereign.
4  . Need tidak absolut.
5  . Need harus diranking dan juga harus dihitung.
6  . Kontribusi   utama  dari  ilmu  ekonomi ke   dalam needology diderivasikan   dari   dasar pengertian  bahwa need mana  yang  akan  dipenuhi akan tergantung sekali dengan biaya manfaat untuk memenuhi need tersebut.
Konsep need dan demand akan sangat potensial dalam membantu analisa dan mengevaluasi kebijaksanaan pelayanan kesehatan dan yang lebih penting lagi tentang implikasi berbagai pola pelayanan kesehatan yang berbeda. Konsep demand tetap mengandung pengertian dasar bahwa individulah yang melakukan penilaian manfaatnya. Sedangkan konsep need merangkum beberapa penilaian efektifitas, potensi untuk mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi need dengan segala akibat yang ditimbulkannya dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumberdaya serta dapat juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumberdaya. Pada umumnya akan lebih baik untuk memasukkan sekaligus demand dan need saat melakukan pengujian beroperasinya pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat jika hanya demand atau need sendiri-sendiri saja kurang memberikan dasar yang cukup bagi pengambilan keputusan yang tepat. Alokasi sumberdaya sektor kesehatan tetap kurang efisien tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut penyatuan kesepakatan tentang benefit’s value yang sering masih berbeda antara satu orang dan informasi yang benar tentang segi biayanya.


2.2 Demand Terhadap Pelayanan Kesehatan
Ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk permintaan pelayanan kesehatan yakni the agency relationship (supplier induced demand model) dan investment model menurut Grossman (1972a, 1972b). Perbedaan utama kedua pendekatan tersebut terletak dari asumsinya tentang posisi pasien dalam model demand. Pada pendekatan pertama peranan pasien amat kecil dibandingkan peranan ahli kesehatan atau dokter dalam membentuk demand pelayanan kesehatan. Grossman (1972) menyatakan bahwa pasien cukup memiliki informasi dan kebebasan dalam menentukan demand nya sendiri.

2.2.1 Demand Menurut Model Agency Relationship

Hubungan antara need dengan demand merupakan sesuatu yang rumit dengan beberapa argumentasi sebagai berikut :
a  . Sebagai  individu  semua  orang  sering  mempunyai wants kesehatan yang lebih  baik dari yang dimiliki saat ini.
b  . Sebagian  individu  tidak  melakukan  apapun  dengan wants tadi dan sebagian lagi secara aktif berusaha memperoleh pelayanan kesehatan misalnya secara  rutin melakukan kontrol ke dokter pribadi dan sebagainya.
c  . Terkadang para dokter tidak sependapat tentang penilaian wants atau demand. Para dokter mengatakan bahwa beberapa wants atau demand kita  tidak  selalu  membutuhkan perawatan. Atau ada beberapa aspek kesehatan yang lebih baik yang seharusnya lebih diperhatikan  tapi luput dari perhatian kita. Sebenarnya  justru  yang  luput dari  perhatian tersebutlah  yang  memerlukan  perawatan.  Cooper  (1975)  mencoba   memformulasikan ketiga hal di atas secara diagramatis seperti pada gambar berikut ini :

Wants yang diwujudkan ke dalam demand dalam bentuk mencari bantuan dokter
WANT
Status kesehatan yang dinilai sebagai need atas pelayanan medis. Tidak semua demand akan menjadi needs, dan tidak semua need akan tercermin dalam demand
                                 DEMAND                                          NEED
Penilaian pribadi terhadap status kesehatan. Want atas status kesehatan yang lebih baik






Tentunya sumber dari demand adalah wants, meskipun tidak semua wants diwujudkan sebagai demand. Tentunya beberapa demand dan wants dinilai sebagai need tapi tidak semua need akan ditampung kedalam demand dan wants. Berarti ada sumber need yang sama sekali terpisah dari demand maupun wants tadi ; maksudnya ahli kesehatan mungkin saja menentukan need tertentu yang tidak termasuk dalam demand maupun wants dengan demikian need mungkin saja : a . Demanded dan wanted b . Undemanded dan wanted c . Undemanded dan unwanted.
Dari sudut pandang pasien demanded dan wanted need tampaknya memiliki nilai yang lebih tinggi daripada undemanded dan wanted need (dengan mengasumsikan bahwa ada wants yang berprioritas lebih tinggi akan tampak dinyatakan sebagai demand) ; tapi mungkin tidak demikian halnya menurut pandangan dokter. Menurut pandangan konsumen undemanded dan unwanted need nampaknya bernilai lebih rendah (bahkan bila memperhatikan kadar pengetahuannya saat ini mungkin keduanya sebenarnya tidak berarti sama sekali bagi konsumen) dibandingkan demanded, wanted need atau undemanded, wanted need.
Apakah demand dan need dapat digabungkan? Salah satu cara untuk melakukan penggabungan adalah dengan pendekatan agency relationship ; dimana dalam pendekatan ini dokter bertindak sebagai agen bagi pasiennya yang kurang mempunyai informasi tentang segala sesuatu yang menyangkut pelayanan kesehatan. Kejadian ini tidak lain disebabkan oleh sifat komoditi pelayanan kesehatan yang akhirnya mengacu kepada situasi dimana dokterlah yang secara efektif sering bertindak untuk melakukan demanding.
Agar hubungan tersebut beroperasi secara efisien, menurut Artells (1981) diperlukan tiga kelompok informasi yaitu sebagai berikut :
1  . Pengetahuan dasar tentang masalah medis, yaitu suatu bentuk informasi yang pada dasarnya pasien tidak harus  memilikinya. Informasi ini menyangkut  pengetahuan  khusus untuk  melakukan  penilaian  status kesehatan dan mengidentifikasikan perawatan apa saja yang tersedia.
2  Keterangan tentang keadaan pasien meliputi pengetahuan tentang simptom  pasien, sejarah kesehatan   dan         keadaan  lingkungan   pasien  sehingga          memungkinkan dokter untuk menerapkan ilmu kedokterannya terhadap kasus yang sedang dialami pasiennya.
3. Informasi tentang peniaina pasien sendiri mengenai penyakit yang tengah dideritanya. Pada penilaian termasuk didalamnya preferensi pasien atas berbagai alternative perawatan yang tersedia, sikapnya dalam menghadapi resiko danpenilaiannya atas kemungkinan trade-off dari beraneka dimensi keadaan sehat.
 Intinya   kita  mencoba  memperbaiki  hitungan cost benefit yang  harus  dilakukan  pasien. Pemilihan konsumsi biasanya akan memaksa konsumen terlebih dahulu membuat pertimbangan terhadap cost benefit dari pilihannya untuk kemudian melakukan pilihan yang sesuai dengan perhitungan tadi. Masalahnya dalam pelayanan kesehatan sering konsumen sebenarnya tidak menanggung semua biaya, salah satu penyebabnya karena adanya third party financing dan mungkin juga karena pasien tidak memperoleh informasi yang lengkap tentang biaya apa saja yang seharusnya ditanggung. Juga pasien kurang informasi tentang manfaat apa saja yang akan diperolehnya dari sekian banyak alternatif pilihan pelayanan kesehatan yang bisa dipilih. Dalam kondisi ini menyebabkan pasien tidak ingin untuk mengambil resiko akibat buruk dari keputusan yang diambilnya. Agency relationship kemudian  bertindak  sebagai  proses  untuk  menggabungkan  aspek   beban   biaya,  dampak manfaat dan pengambilan keputusan dari perhitungan cost benefit.

2.2.1 Demand Pelayanan Kesehatan Menurut Model Grossman

Penelitian Grossman (1972a, 1972b)  menyatakan bahwa demand terhadap pelayanan kesehatan merupakan derivasi dari demand terhadap kesehatan itu sendiri, menurut terminologinya Becker (1965) kesehatan merupakan komoditi terpenting. Berdasarkan pengertian tersebut Grossman menyusun teori tingkah laku konsumen dalam human capital approach. Model Grossman mengasumsikan bahwa masing-masing individu melakukan penilaian manfaat atas pengeluaran untuk kesehatan yang diperbandingkan dengan pengeluaran untuk komoditi lainnya dalam rangka memutuskan status kesehatan yang optimal. Dalam hal ini konsumen siasumsikan mempunyai pengetahuan tentang status kesehatannya sendiri, tingkat depresiasi status kesehatannya dan fungsi produksi yang mengkaitkan perbaikan kesehatan dengan pengeluaran untuk pelayanan kesehatan.
Sejalan dengan kerangka pikir teori keputusan investasi yang umum, diasumsikan bahwa setiap individu akan memaksimumkan fungsi utilitinya yang dibentuk dari flow jasa pelayanan kesehatan dan dari konsumsi barang lainnya untuk setiap tahun kehidupannya.
Maksimisasi akan menyebabkan individu menyamakan the marginal return on the asset (kesehatan) dengan marginal costnya. Return kepada individu ke j disusun dari marginal physical return (aj) dan marginal monetary return (mj). Biaya kapital kesehatan adalah tingkat depresiasi (dj) (dikurangi dengan setiap tabungan yang timbul sebagai akibat pembelian kesehatan saat ini, dengan menyadari bahwa pembelian kesehatan dimasa mendatang akan menyebabkan terjadinya kenaikan dalam marginal cost untuk setiap usaha perbaikan kesehatan) sehingga formulasi matematis untuk individu tertentu pada waktu i
adalah : mj + aj = rj + dj ................... (1)
Sebenarnya Grossman melakukan pengujian konsumsi dan aspek-aspek investasi secara terpisah dengan fokus pada bagian investasi saja. Hasil pecuniary (mj) ditentukan oleh tiga komponen yaitu tingkat upah harian orang pada tahun ke i (wji) yang diukur dalam jumlah hari sehat yang dihasilkan oleh satu unit stok kesehatan (Gji) dan biaya marjinal dari gross investment dibidang kesehatan yang dibeli pada periode sebelumnya dan termasuk biaya waktu dan uang (Cji – 1) sehingga akan memberikan rate of return sebagai berikut :
WjiGji dan Cji – 1  = mji = rji + dji  .............. (2)
Untuk setiap individu dengan  status kesehatan tertentu akan selalu ada marginal product kesehatan  G  dengan  kurva marginal efficiency kapital kesehatan yang menunjukkan hasil untuk masing-masing tingkat kesehatan (Wji Gji) / Cji – 1.
Grossman mendukung asumsi tersebut dengan menunjukkan bahwa return terhadap kesehatan diukur dengan hari sehari (healty days) yakni 365 hari per tahunnya. Return tersebut akan bisa menjawab persoalan disability akan tetapi tidak akan bisa menjawab persoalan debility menurut Cullis JG and West PA (1979). Debility sebenarnya akan mempengaruhi tingkat upah tapi permasalahan ini secara eksplisit diperdebatkan dalam model Grossman. Implikasi asumsi Grossman dari persamaan (2) bahwa peningkatan depresiasi menyebabkan konsumen memilih stok kesehatan yang lebih rendah dalam rangka meningkatkan produk marjinal kesehatan juga menyamakan hasil marjinal dengan biaya yang lebih tinggi. Depresiasi kesehatan yang diketahui sudah cenderung naik, model Grossman mengatakan bahwa seseorang akan memilih status kesehatan yang lebih rendah setiap tahun berurutan successive year. Hal ini akan mendorong seseorang terpaksa harus memilih usia hidupnya sendiri ; mengingat stok kesehatannya yang optimal akhirnya akan turun sampai dibawah life supporting minimal yang diperlukan, bila hal ini sudah tercapai berarti seseorang akan mati.
Demand pelayanan kesehatan diderivasikan dari suatu demand terhadap stok kesehatan yang optimal dimasing-masing periode ; dengan memperhatikan stok kesehatan saat ini, depresiasi dan investasi pelayanan kesehatan merupakan determinan stok kesehatan dimasa mendatang. Stok kesehatan dan flow gross invesment tidak harus terkait antara satu dengan yang lain. Menurunnya stok kesehatan disetiap waktu tidak harus dikaitkan dengan menurunnya konsumsi pelayanan kesehatan dimasing-masing tahun yang bersangkutan. Tingkat depresiasi yang naik akan mengurangi peningkatan netto kesehatan yang diperoleh dari satu unit gross investment pelayanan kesehatan. Artinya tambahan kesehatan yang terjadi tergantung kepada tingkat depresiasi mengingat gross investment pun pada akhirnya juga akan menghasilkan stok dan investasi netto yang semakin berkurang. Hubungan yang tepat antara faktor usia dan konsumsi pelayanan kesehatan tergantung kepada elastisitas permintaan kesehatan. Demand ini akan sangat tidak elastis bila produk marjinal kesehatan naik secara cepat sejalan dengan menurunnya status kesehatan.
Pengaruh tingkat upah terhadap stok kesehatan dan demand pelayanan kesehatan terdiri dari dua unsur. Produk marjinal kesehatan dihitung dari healthy days jelas akan lebih berharga pada tingkat upah yang lebih tinggi. Tapi waktu milik konsumen juga merupakan input bagi pelayanan kesehatan. Dengan asumsi waktu bukan merupakan satu-satunya input bagi pelayanan kesehatan maka persentase kenaikan upah akan melampaui kenaikan biaya per  unit  dan return kepada kesehatan akan naik disetiap level stok kesehatan.  Pengaruh upah yang meningkat tergantung pada elastisitas permintaan kesehatan dan porsi biaya waktu dalam total biaya per unit pelayanan kesehatan. Tapi karena penambahan kesehatan yang diperoleh dari satu unit gross investment pelayanan kesehatan tidak dipengaruhi oleh kenaikan upah maka permintaan pelayanan kesehatan akan naik atau dalam kasus yang ekstrim mungkin saja tetap sejalan dengan naiknya tingkat upah.
Sebenarnya model human capital kecil implikasinya bagi public policy dalam rangka memperbaiki efisiensi atau pemerataan pelayanan kesehatan. Sebab konsumen dianggap mampu melakukan pilihan yang efisien dalam rangka memaksimalkan utilitynya. Pelayanan kesehatan akan meningkat sejalan dengan naiknya pendapatan. Juga mengingat pilihan konsumen sudah efisien maka pengukuran income support akan menyebabkan tercapainya tingkat pemerataan yang diinginkan. Dowie (1975) mengemukakan bahwa public policy yang dapat ditunjukkan oleh model pendekatan Grossman perlunya penyediaan informasi kesehatan yang memadai bagi konsumen dan sekaligus para penyedia pelayanan kesehatan tentang pengaruh masing-masing input pelayanan kesehatan juga tentang efisiensi dari mengkombinasikan input kesehatan yang diinginkan.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pada prakteknya ada empat definisi berbeda tentang need yang lazimnya dipergunakan oleh peneliti dan praktisi social policy yang berhubungan dengan aspek pelayanan kesehatan tapi juga dapat dipergunakan diberbagai aspek sosial lainnya yakni normative need, felt need, expressed need dan comparative need. Keempat definisi ini saling terkait dan dapat digunakan untuk membentuk 12 kemungkinan kombinasi bentuk need. Bila +1 menunjukkan adanya need dan -1 menunjukkan tidak adanya need untuk definisi 1 dan seterusnya maka -1, +2, +3 dan +4  berarti bahwa individu memperoleh pelayanan kesehatan meskipun menurut pemikiran para ahli tidak perlu akan tetapi dikehendaki (wanted), diminta (needed) oleh individu dan juga diterima oleh yang lainnya pada kondisi sejenis. Need adalah sesuatu yang potensial untuk penurunan status kesehatan dan sesuatu yang potensial bagi perbaikan status kesehatan di atas level yang mungkin tidak akan diperoleh jika tidak memperbaiki masalah need tersebut. Sumber dari demand adalah wants meskipun tidak semua wants diwujudkan sebagai demand.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptoherijanto,Prijono dan Budhi Soesetyo.2008. Ekonomi Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta